OLEH: Taufikurrahman, M.Ag
Seorang ulama bernama Hamid al-Laqqaf didatangi oleh seseorang yang meminta nasehat darinya.
Maka Hamid al-Laqqaf menasehatinya : ”Buatlah sampul bagi agamamu sebagaimana sampul mushaf al-Qur’an!”.
Orang tersebut bertanya: “ Apa sampul agama?”
Hamid al-Laqqaf menyatakan bahwa sampul agama ada tiga yaitu meninggalkan bicara kecuali bila perlu, meninggalkan dunia kecuali yang diperlukan dan meninggalkan pergaulan dengan manusia kecuali yang diperlukan.
Sampul merupakan bagian luar suatu buku atau mushaf yang mempunyai banyak fungsi di antaranya adalah sebagai menjaga identitas serta untuk menjaga isi buku dari hal-hal yang bisa mengotori atau bahkan merusaknya. Dengan demikian sampul agama juga berfungsi untuk menjaga identitas keagamaan seseorang serta menjaga keimanan dan keislamannnya dari hal-hal yang bisa mengotori dan merusaknya.
Sampul agama menurut Hamid al-Laqqaf ada tiga hal yaitu:
1. Menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak perlu
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada manusia. Ia merupakan anggota badan yang kecil jika dibandingkan dengan anggota badan lainnya, akan tetapi ia dapat menyebabkan pemiliknya ditetapkan masuk surga atau neraka. Oleh karena itu sepantasnya setiap muslim untuk menantiasa menjaga lisannya.
Di dalam al-Qur’an terdapat petunjuk tentang hakekat lisan manusia yaitu
a. Sebagai nikmat dari Allah swt
أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (8) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ (9)
Bukankah kami telah memberikan kepadanyaduah buah mata, lidah dan dua buah bibir? (QS al-Balad: 8-9)
b. Sarana untuk menyampaikan informasi
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (53)
Dan katakan kepada hamba-hambaku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan terbaik. Sesungguhnya syetan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia (QS al-Isra’: 53)
c. Sebagai saksi di akhirat
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24)
Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi bagi mereka atas apa yang dahulu mereka kerjakan
Rasulullah SAW menjamin surga bagi siapa yang bisa menjaga lisan dan kemaluannya. Beliau menyatakan:
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
Siapa yang bisa menjamin untuk menjaga antara dua bibirnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin surga untuknya (HR al-Bukhari)
Karena itulah Imam al-Syafi’i menyatakan: “ Jika engkau hendak berkata, maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan, maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan kamu ragu-ragu, maka tahanlah.
2. Meninggalkan dunia kecuali yang diperlukan
Dunia adalah karunia yang diberikan oleh Allah swt. Akan tetapi kebanyakan manusia terlena akan kenikmatan dunia. Yang dimaksudkan dengan meninggalkan dunia adalah meninggalkan keinginan yang berlebihan terhadap dunia sehingga membuat manusia lupa akan hakekat sebenarnya akan kehidupannya di dunia. Allah swt berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)
Dalam ayat di atas Allah swt mengingatkan manusia untuk mencari karunia Allah di kampung akhirat, tanpa melupakan karunia Allah swt di dunia ini, karena dunia adalah etape awal sebelum manusia menuju kampung akhirat. Akan tetapi penekanan ayat di atas dengan penyebutan kampung akhirat tanpa melupakan dunia, mengisyaratkan bahwa yang harus diutamakan adalah kampung akhirat, sedangkan dunia hanya diambil seperlunya sebagai bekal menuju akhirat.
3. Meninggalkan pergaulan dengan manusia kecuali yang diperlukan
Pergaulan dengan manusia merupakan hal yang banyak mempengaruhi manusia dalam kehidupannya. Karena itulah Rasulullah SAW mengingatkan ummat agar berhati-hati dalam memilih teman bergaul, karena dari pergaulan itulah manusia mendapatkan pengaruh positif atau negatif dalam kehidupannya.
Manakala manusia bergaul dengan manusia lainnya hendaknya dia bergaul dengan mereka dengan pergaulan yang baik dengan tetap mengedapankan etika yang baik.
Rasulullah SAW bersabda:
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah perbuat jelek dengan perbuatan baik agar bisa menghapusnya dan bergaullah dengan manusia dengan pergaulan yang baik (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Imam al-Ghazali menjelaskan tentang manfaat menyendiri (uzlah) dan bergaul dengan manusia dengan menekankan bahwa hal yang terbaik bagi manusia adalah menimbang mana yang lebih memberikan maslahah bagi dirinya, yaitu jika dengan bergaul ia bisa memberikan banyak manfaat, maka bergaul lebih baik bagi dirinya, namun jika bergaul lebih banyak mendatangkan mudharat bagi dirinya, maka uzlah atau menyendiri, lebih baik bagi dirinya.

No comments:
Post a Comment